Upacara peringatan hari kemerdekaan RI tahun 2017 adalah upacara 17-an paling menarik yang pernah saya ikuti. Panas dan pegal kaki saat upacara itu biasa, tapi tampilnya Opera Berandal Mas Cilik dalam upacara itu sungguh luar biasa. Drama kolosal itu serba memesona. Para pemainnya ekspresif. Lagunya asik. Tariannya oke. Kisahnya seru. Bupati Enthus yang memimpin upacara saat itu bahkan turun panggung dan ikut menari bersama para pemain di akhir pertunjukkan. Wow.
Opera Berandal Mas Cilik bercerita mengenai perebutan kekuasaan di Tegal pada tahun 1857. Saat Bupati Tegal Reksonegoro VI wafat, pemerintah Hindia Belanda menunjuk Tumenggung Sosronegoro dr Pekalongan sbg penggantinya. Patih Tegal, mas Rangga, yang menyimpan ambisi untuk mjd Bupati Tegal kecewa dg keputusan itu. Ia pun berniat menyingkirkan Sosronegoro.
Utk mewujudkan misinya, Mas Rangga menggunakan siasat “membunuh dg pisau pinjaman.” Ia bersekongkol dg berandal bertubuh kecil yg dikenal sbg mas Cilik untuk membuat kekacauan di Tegal. Mas Rangga menjanjikan jabatan tinggi dan kekayaan besar pd mas Cilik jika gerakannya berhasil membawa mas Rangga menuju puncak kekuasaan di Tegal. Mas Cilik setuju.
Sejak kesepakatan jahat itu terjadi, Tegal bergolak. Gerakan mas Cilik berkobar bagai api membakar rumput kering di musim kemarau. Ia tak terbendung. Pemerintah Hindia Belanda merespon situasi genting itu dg memecat Sosronegoro dan mengirim pasukan untuk menumpas pemberontakan.
Mas Rangga mengambil kesempatan itu utk unjuk diri. Bersama dg pasukan Belanda, ia memburu mas Cilik dan membunuhnya. Pemerintah Hindia Belanda melihat mas Rangga sbg pahlawan dn mengganjarnya dg jabatan Bupati Tegal. Kisruh jabatan di Tegal berakhir dg mas Cilik sbg tumbal. Slawi, 15 Agustus 2018. (Trianto)