Prupuk, Suasana hening mewarnai Ibadah GKJ Slawi Pepanthan Prupuk pada Minggu pagi, 19 Oktober 2025. Jemaat memadati bangku-bangku gereja yang terletak di Jalan Margasari–Purwokerto guna mengikuti ibadah Minggu ke 3 dalam rangka Bulan Keluarga. Suasana menjadi semakin sakral dengan dilayaninya Sakramen Perjamuan Kudus, yang dilanjutkan dengan Perjamuan Kasih sebagai ungkapan syukur dalam kebersamaan.

Ibadah yang berlangsung dengan penuh ketenangan ini mengangkat tema “Teguh Berserah, Pantang Menyerah”. Sebuah ajakan  tetap setia dalam iman di tengah tantangan zaman.

Dalam khotbahnya, Pendeta Sugeng Prihadi mengajak jemaat merenungkan kisah pergumulan Yakub dengan malaikat Tuhan dalam Kitab Kejadian pasal 32. Yakub, yang sedang dalam perjalanan pulang untuk bertemu kembali dengan Esau, saudaranya yang dulu ia tipu, mengalami kegelisahan yang mendalam. Namun, di tengah ketakutannya, ia justru bergumul dengan Tuhan dan menolak menyerah.

“Aku tidak akan membiarkan Engkau pergi, jika Engkau tidak memberkati aku,” kutip Pendeta Sugeng dari ucapan Yakub. “Itu bukan sekadar keras kepala, tapi ketekunan iman. Berserah, namun tetap berjuang,” lanjutnya.

Ia menekankan bahwa iman bukan hanya soal pasrah, tetapi juga soal berjuang dalam doa dan berharap dengan tekun, sebagaimana ditunjukkan dalam Mazmur yang berkata: “Pertolonganku ialah dari Tuhan, yang menjadikan langit dan bumi.”

Pendeta Sugeng juga mengutip nasihat Rasul Paulus kepada Timotius tentang pentingnya berpegang pada kebenaran dan tetap memberitakan firman, bahkan ketika dunia tidak lagi menginginkannya.

“Firman Tuhan harus menjadi pegangan, bukan hanya untuk diketahui, tetapi untuk dihidupi,” ujarnyanya.

Dari Injil Lukas pasal 18, jemaat diajak belajar dari ketekunan seorang janda yang tak lelah meminta keadilan kepada hakim yang tak takut akan Tuhan. Ketekunan janda itu justru menggerakkan hati sang hakim, dan Yesus mengajarkan bahwa Tuhan, yang penuh kasih, lebih lagi akan memperhatikan seruan umat-Nya.

“Pantang menyerah bukan berarti kita kuat,” kata Pendeta Sugeng, “tetapi karena kita tahu kepada siapa kita berseru.”

Perjamuan Kasih Berbagi dan Penguatan Relasi

Usai ibadah, jemaat melanjutkan kebersamaan dalam Perjamuan Kasih, Tradisi makan bersama yang menggambarkan sukacita dalam kebersamaan dan kepedulian. Hidangan tersedia dan tersaji. Mulai dari sayur lodeh, ayam goreng, tempe goreng, hingga oseng-oseng tempe. Seluruhnya merupakan hasil swadaya jemaat.

Menurut Diaken Naomi, menu yang disiapkan tidak menggunakan dana operasional gereja. Semua sumbangan dari jemaat dengan sukarela sebagai bentuk partisipasi dan rasa syukur.

Sementara itu, Ibu Elsih Lestari, penggagas kegiatan ini, menjelaskan bahwa Perjamuan Kasih di minggu ke 3 Bulan Keluarga ini memiliki tujuan.

“Pertama, sebagai wujud syukur atas kebersamaan jemaat dalam Bulan Keluarga. Kedua, untuk membangun keakraban melalui ramah tamah setelah ibadah. Dan ketiga, sebagai cara berbagi sukacita antar jemaat,” ungkapnya.

Kebersamaan ini sekaligus menjadi pengingat bahwa gereja bukan sekadar tempat ibadah, tapi juga ruang bagi relasi yang menguatkan dan mempererat persaudaraan.

Bulan Keluarga Waktu Merekatkan Iman dan Kasih

Bulan Keluarga di lingkungan GKJ Slawi diisi dengan beragam kegiatan yang bertujuan untuk meneguhkan nilai-nilai kekeluargaan dalam terang iman Kristiani. Minggu ketiga ini menjadi salah satu kegiatan kegiatan, yang tidak hanya menghadirkan refleksi spiritual, tetapi juga pengalaman nyata akan kasih dan kebersamaan dalam komunitas.

Suasana hangat dengan rasa kekeluargaan terasa hingga akhir acara. Di antara canda tawa dan senyum syukur, jemaat pulang membawa satu pesan yang menguatkan: “Teguh berserah, pantang menyerah, karena Tuhan tidak pernah gagal.” (sugeng ph/Red)

About Author

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *