Perjalanan Darat

Hari ini, aku pergi menemani Bpk. Pdt. Sugeng Prihadi dan beberapa Pdt yang lain ke kantor Sinode GKJ di Salatiga untuk mempersiapkan Sidang Sinode beberapa bulan lagi. Berangkat pukul 6.00 WIB dari Slawi dan sampai di kantor Sinode pukul 10.00 WIB. Setelah dari kantor Sinode, aku pergi bersama para pendeta ke hotel d’Emmerick untuk bertemu dengan manajemen hotel untuk melihat tempat tinggal bagi para peserta sidang Sinode yang ditutup dengan jamuan makan siang.

Berdialog dan berbincang dalam percakapan indah bagaikan sepakan indah Bambang Pamungkas ke jala gawang lawan, harapku waktu dapat berputar lebih lama dari biasanya. Tak terasa waktu telah menunjukkan dirinya ada di pukul 14.00 WIB, kami undur diri dari kota Salatiga. Menempuh jalan Tol yang panjang dalam perjalanan dari Salatiga menuju Slawi, singgah di Krapyak untuk mengantar Pak Catur. Tak jauh dari situ, perlahan kelelahan itu datang dan hinggap dalam diriku. Setelah sampai di Rest Area di Batang, kami berhenti untuk ke toilet dan beristirahat sebentar. Gumamku dalam benak kecilku, andai saja sampai di Slawi hanya tinggal sak plintengan ketapel sehingga segera sampai dan membaringkan tubuh ini di tempat tidur nyaman indahku.

Setelah melanjutkan perjalanan, kami singgah di kota Pemalang untuk mengantar Bpk. Pdt. Wiratmo di gereja, dalam perjalanan selanjutnya untuk pulang ke Slawi secara kebetulan bertemu dengan seorang Bapak penjual tisu yang istimewa karena berbeda dari yang lainnya. Beliau berjalan dengan susahnya membawa dagangan tisunya. Bagai kilat yang menyambar dengan suara menggelegar, aku teringat pada kutipan Ayu Utami, Manjali, dan Cakrabirawa; “Jika kebetulan terjadi terlalu banyak, apakah kamu percaya bahwa itu tidak bermakna?”

Menurut informasi dari Mbah Google, kira-kira jarak kota Salatiga-Slawi perlu ditempuh sejauh 207 kilometer via Tol. Dengan tubuh dan kaki yang mulai menyerah akan perjalanan, seakan lelah itu rontok begitu saja dan langsung menyala seperti lampu Philips LED. Kesadaran itu datang dari ketidak-terdugaan yang tidak aku duga-duga sebelumnya namun ternyata sangat bermakna. Yang kemudian aku refleksikan sebagai sebuah rasa syukur atas kebaikan Sang Pemilik Kehidupan.

Slawi, 25 Juli 2023
Alfino Osila.

About Author

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *