gkjslawi.com (Slawi) – Kenangan manis tertoreh. Meski tanggal 20 Juli 2023 sudah lewat. Hari Lanjut Usia Nasional (HLUN) Adi Yuswa Sinode GKJ. Membekas dalam memori Bp. Rajiono. Tekad dan perjuangan yang besar. Sebab untuk mengikuti HLUN, pak Rajiono meninggalkan bu Yohana yang saat itu bersama-sama di Jakarta.
Sentuhan keramahan Bp. L. Agus Supranto, Ibu Susanti, Ibu Hasta, Mbak Yayang, Mas Fino dan Pendeta GKJ Slawi, katanya menjadi kekuatan.
“Dalam kebaikkan utusan Adi Yuswa GKJ Slawi, semua saling menghibur. Bercanda dan tertawa selama dalam perjalanan. Menyenangkan” ujar Rajiono sambil tersenyum.
Lebih lanjut disampaikan, bahwa selama dalam perjalanan ia tidak kekurangan. Roti, air mineral, jajan tersedia di mobil. Makan siangpun ia rasakan dengan sukacita di rumah Kel. Mas Daniel. Putra pertama pasutri Bp. Mudiono dengan ibu Hasta. Tersedia dengan penuh cinta kasih atas berkat jasmani, Itupun masih ditambah lagi dengan seruputan teh manis dan jajan di rumah Mas Ayub. Putra menantu Bp. L. Agus Supranto dengan Ibu Susanti.
Yah, kami sengaja ingin mampir. Bertemu bersapa dan berdoa untuk dua keluarga di Ambarawa. Melepas lelah dan melepas kangen.
Saat di Stadion Mahanan, hati pak Rajiono tersentuh. Penataan tempat dan acara yang menarik. Meski kegiatan dimulai dari pukul 09.00 – 12.00 WIB. Ia tak beranjak dari tempat duduknya.
“Di tengah-tengah acara yang kami nikmati bersama, bertambahlah iman saya. Tuhan, saya rasakan hadir di tengah tengah kami.” ucapnya. Meski pada 10 menit pertama, dadanya terasa sesak, mendengar gelegar musik yang tepat di depan ia duduk.
“Saya berdoa kepada Tuhan, supaya tetap dikuatkan. Saya tidak ingin merepotkan panitia, dan juga utusan dari GKJ Slawi” jelasnya. Dirinya mengucapkan syukur, karena Tuhan menjawab doanya.
Lantunan lagu rohani yang ditembangkan oleh sinden Elisha, dialog punakawan yang diselingi ‘guyon’ Elisha, mampu menyihir batin Bp. Rajiono. Saat adegan Bagong menyampaikan masalah kepada Gareng, dan Gareng menjawab bahwa semua orang pasti punya masalah. Pak Rajiono tertawa. Ia membenarkan jawaban kocak Gareng. Kalau tidak mau ada masalah, yah jangan tinggal di dunia.
Sentuhan batin yang mencerahkan. Iman Bp. Rajiono melekat dalam pengharapan pada Kristus. Kemudian membenarkan Kitab Filipi 1:21 : Bagiku hidup adalah Kristus, dan mati adalah keuntungan. Homili yang tertangkap olehnya saat itu.
Seperti kebanyakan peserta yang terpesona Sinden Elisha. Demikianpun dirasakan oleh Bp. Rajiono. Sang Sinden yang mampu menghantar perhelatan akbar, dalam balutan rohani melahirkan iman di luar gedung gereja. Semua itu bisa dilakukan asal tertata dengan baik. Pembinaan iman dapat dilakukan diluar gereja.
Atas kemurahan dan berkat yang diterimanya, Bp. Rajiono mengucapkan terima kasih kepada semua pihak. Ia dapat menikmati dan pulang tidak dengan tangan hampa. Ruar biasa. (K.R.T.)