Gkjslawi.com, Pernyataan ditulis, menyongsong tanggal 21 April 2024. Agenda Nasional Peringatan Hari R.A. Kartini oleh perempuan muda yang cerdas, berparas ayu, masih sendiri, dan belum berfikir untuk menikah. Bukan berarti ia menolak menjalani pernikahan. Ada hal-hal penting dan ingin dikerjakan lebih dulu, seperti yang diungkapkan demikian :
“Mengenai Hari Kartini, apa hanya berhenti dengan memakai kebaya, rambut disanggul dan berdandan Jawa? Aku rasa kok tidak ya. Hari Kartini itu mengingatkan kalau jadi perempuan harus cerdas, berpikiran terbuka, bebas berkarya, menjadi inspirasi, mandiri dan melakukan tugasnya dengan hati. Itu baru perempuan!” Elizabet Emilia Putri.
Rupanya, pemikiran R.A. Kartini yang tertuang dalam surat-surat kirimannya, kemudian dibukukan dengan judul Door Duisternis tot Licht (Dari Kegelapan Menuju Cahaya). Sosok karismatik yang melegenda, dengan ungkapan : Habis Gelap Terbitlah Terang? Perempuan dari kalangan priyayi, lahir dari rahim ibu bernama M.A. Ngasirah.
Ayahnya bernama Mas Adipati Ario Sosroningrat, seorang patih dengan jabatan Bupati Jepara Jawa Tengah. Lahir pada 21 April 1879 di Jepara, dan oleh Presiden Soekarno di tetapkan sebagai Pahlawan Nasional, berdasarkan Keputusan Presiden RI No.108 Tahun 1964 pada bulan Mei 1964, menginspirasi Elizabet, sebagai seorang perempuan Jawa dan ingin berkarya seperti Kartini, dengan konteks serta jaman yang berbeda.
“Bagi saya, Kartini dengan gerakan emansipasinya sangat inspiratif. Upaya keras yang sudah dilakukan dengan mematahkan kuk perbudakan, sehingga ada kebebasan persamaan hak seorang perempuan dengan berbagai konsekwensi logisnya di masyarakat. Hal ini perlu di teruskan oleh kita perempuan Indonesia secara holistik dan berintegritas. Tidak sekedar formalitas pada peringatan Hari Kartini dengan busana Jawa dan rambut disanggul” ujar Elizabet, yang sekarang ini menjadi pendeta jemaat di GKJ Gamping Yogyakarta.
Putri pertama yang lahir pada tanggal 7 Juli 1992 di Purworejo dari pasutri Bapak Iput Murwanto dengan Ibu Sumini. Menyelesaikan pendidikan S-1 di Fakultas Teologi Universitas Kristen Duta Wacana Yogyakarta. Ia membeberkan makna uripku kudu urup, bahwa hidup itu hanya sekali, tidak dapat diulang kembali.
Hidup sekali kiranya dapat memberi manfaat untuk banyak orang. Tak dapat dipungkiri, filosofi Jawa mengenai ajaran urip iku urup tidak cukup dihormati dalam kehidupan. Perlu adanya laku, seperti yang diungkapkan oleh Ronggowarsito : Ilmu iku kelakone kanti laku.
Seperti yang dikatakan Aristoteles, manusia hidup sebagai mahkluk sosial. Antara satu dengan yang lain saling berinteraksi dan membutuhkan. Adam Smith mengatakan homo, homini lupus. Artinya, manusia menjadi sahabat bagi manusia lainnya.
Dalam persahabatan itu, Elizabet ingin uripku kudu urup terwujud dan berguna bagi banyak orang. Baik secara pribadi, keluarga, jemaat dan masyarakat yang membutuhkan. Tetap dengan semangat menyala, dirinya menjelaskan, sebagai seorang perempuan dan menghayati hidup adalah anugerah dari Tuhan, makna uripku kudu urup.
“Idealnya menjadi perempuan hidupnya bisa berdaya dan berguna bagi banyak orang, disaat mungkin masih banyak orang melihat perempuan dengan tatapan sebelah mata” tegas Elisabet yang terus meyakini sebagai seorang perempuan bukan berarti tidak berdaya.
Menurutnya, perempuan memiliki banyak kemampuan. Selain hatinya lembut, perempuan juga mampu berfikir dengan cerdas, terbuka serta menyimpan kemampuan dalam berkarya. Seperti opini orangpun mengatakan : Dibalik laki-laki sukses, ada perempuan yang hebat. Itu tanda bahwa perempuan memang hebat.
Inspirasi mengalir bersumber dari Kartini, membuat dirinya sebagai seorang pendeta perempuan harus memiliki integritas. Berfikir dengan cerdas, terbuka, namun tetap beriringan dengan hati yang lembut. Tegas dalam memimpin, penuh kelembutan dalam melayani.
Kombinasi yang menarik dan jika ini dapat dihidupi, semakin mewujudkan hidup yang urup bagi banyak orang. Jangan pernah melupakan, bila perempuan-perempuan mampu menciptakan karya yang menarik, menggoda hati, bahkan menginspirasi banyak orang.
“Jadi, bagi para perempuan lihatlah, bahwa kita ini unik dan menarik, bahkan kita ini berdaya serta berguna! Hidupilah itu. Kembangkan dan pergunakan, sehingga hidupku dan hidupmu urip! “ pungkas Elizabet sambil menutup percakapan dengan senyuman. (sugeng ph)